INTEGRITAS
Ringkasan Pengendalian Integritas Utama :
Kategori Pengendalian
Ancaman / Risiko
Pengendalian
Pengendalian sumber data
Input data yang tidak valid, tidak lengkap / tidak akurat
Desain formulir, formulir yang diberi nomor secara berurutan, dokumen berputar, pembatalan dan penyimpanan dokumen, peninjauan otorisasi yang sesuai, kumpulan tugas, pemindai visual, verifikasi digit pemeriksaan dan verifikasi kunci
Rutinitas validasi input
Data yang tidak valid / tidak akurat dalam file transaksi yang diproses oleh komputer
Pada saat file transaksi diproses, program edit memeriksa field data utama yang menggunakan pemeriksaan edit tsb, urutan, field, tanda, validitas, batas, jangkauan, kelogisan, data yang berlebihan dan pemeriksaan kapasitas. Masukkan pengecualian ke dalam catatan kesalahan, selidiki, koreksi dan masukkan kembali secara tepat waktu, edit kembali dan siapkan ringkasan laporan kesalahan.
Pengendalian entri data on line
Input transaksi yang tidak valid / tidak akurat yang dimasukkan melalui terminal on line
Pemeriksaan field, batasan, jangkauan, kelogisan, tanda, validitas dan data yang redundan, ID pemakai dan password, pengujian kompatibilitas, sistem entri data secara otomatis, pemberitahuan ke operator selama entri data, prapemformatan, pengujian kelengkapan, verifikasi closed loop, catatan transaksi yang dipertahankan oleh sistem, pesan kesalahan yang jelas, dan penyimpanan data yang cukup untuk memenuhi persyaratan legal.
Pengendalian pemrosesan dan penyimpanan data
Data yang tidak akurat / tidak lengkap dalam file utama yang diproses oleh komputer
Kebijakan dan prosedur (menentukan aktivitas pemrosesan data dan personil bagian penyimpanannya, pengamanan dan kerahasiaan data, jejak audit serta kesepakatan kerahasiaan), mengawasi dan mempercepat entri data oleh personil pengendalian data, rekonsiliasi pembaruan sistem dengan akun pengendali / laporan, rekonsiliasi jumlah total dalam database dengan jumlah total yang dibuat secara terpisah, pelaporan penyimpangan, pemeriksaan sirkulasi data, nilai default, pencocokan data, pengamana data (perpustakaan data dan pustakawan, kopi cadangan file data yang disimpan di lokasi luar yang aman, perlindungan dari kondisi yang dapat merusak data yang disimpan), penggunaan label nama file serta mekanisme perlindungan penulisan, mekanisme perlindungan database (administrator database, kamus data dan pengendalian pembaruan simultan) serta pengendalian konversi data.
Pengendalian output
Output komputer yang tidak akurat dan tidak lengkap
Prosedur untuk memastikan bahwa output sistem sesuai dengan tujuan integritas, kebijakan dan standar organisasi, peninjauan visual output komputer, rekonsiliasi jumlah total batch, distribusi output secara tepat, output rahasia yang dikirim telah dilindungi dari akses dan modifikasi yang tidak memiliki otorisasi serta kesalahan pengiriman, output rahasia / bersifat sensitif disimpan dalam area yang aman, pemakai meninjau kelengkapan dan akurasi output komputer, menyobek output rahasia yang tidak lagi dibutuhkan, laporan kesalahan dan penyimpangan.
Pengendalian transmisi data
Akses yang tidak memiliki otorisasi terhadap data yang ditransmisi / ke sistem itu sendiri, kegagalan sistem, kesalahan dalam transmisi data
Awasi jaringan untuk mendeteksi poin-poin yang lemah, back up komponen, desain jaringan untuk mengatasi pemrosesan puncak, multijalur komnikasi antara komponen jaringan, pemeliharaan pencegahan, enkripsi data, verifikasi routing (label judul, skema pembuktian keaslian bersama, sistem pemanggilan kembali), pemeriksaan kesamaan dan prosedur pengenalan pesan (pemeriksaan bergema, label percobaan, batch bernomor).
Archive for April 2015
Audit atas hutang jangka pendek
Pengertian
Kewajiban Jangka Pendek adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga, yang
jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun,
atau dalam siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan harta
lancar (current assets) perusahaan.
Termasuk
current liabilities diantaranya :
–
Hutang dagang/account payable : Yaitu kewajiban kepada pihak ketiga dari
pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang
atau sama dengan satu tahun.
–
Pinjaman bank jangka pendek/short term loan : Yaitu pinjaman yang
diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan agreement),
bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working capital loan) ataupun kredit
rekening koran (overdraft facility).
–
Hutang pajak/tax payable : Yaitu kewajiban pajak perusahaan yang harus
dilunasi dalam periode berikutnya, misal hutang PPH 21, PPH 25, PPN.
–
Biaya yang masih harus dibayar : Yaitu biaya yang sudah terjadi dan menjadi
beban periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode
berikutnya.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan audit :
1. Kecendrungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang
seharusnya. Hal ini bertujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari yang
sebenarnya. Auditor harus melakukan searching of unreposting liabilities,
yakni dengan cara memeriksa pembayaran setelah tanggal neraca.
2. Perbedaan account payable dan accrual expense. Account payable memiliki
angka pasti, karena dicatat berdasarkan invoice, sedangkan accrual expense
dicatat berdasarkan estimasi.
B.
Tujuan Audit Hutang Jangka Pendek
Ada beberapa
tujuan audit current liabilities yang perlu diperhatikan, diantaranya :
1. Untuk meyakini bahwa pengendalian intern current liabilities memadai.
Pelajari dan
evaluasi internal control atas hutang jangka pendek. Dengan internal control
yang memadai auditor dapat mempertimbangkan mengurangi substantif tes atau
mengurangi scope.
2. Untuk meyakini bahwa current liabilities didukung bukti yang lengkap dan
berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi.
Minta rincian
hutang jangka pendek, periksa kebenaran penjumlahan, cocokkan dengan saldo
general ledger. Rincian disiapkan oleh klien, dan auditor melakukan pengujian
terhadap rincian, apabila terdapat kesalahan dibuat koreksi audit dan
dikomunikasikan dengan klien.
3. Untuk meyakini bahwa semua transaksi telah tercatat per tanggal neraca.
Cocokkan saldo
masing-masing debitur dengan saldo pada subsidoary ledger.
4. Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak)
Periksa dasar
perhitungan accrual expense yang dibuat perusahaan, apakah konsisten dan
reasonable dengan tahun sebelumnya. Periksa pembayaran sesudah tanggal
neraca.
5. Untuk meyakini bahwa pencatatan transaksi telah sesuai dengan SAK. Periksa
apakah pencatatan transaksi current liabilities sudah sesuai dengan SAK.
Dalam hal ini auditor harus meyakinkan bahwa tidak terdapat unrecorded liabilities.
Untuk itu auditor harus memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham, dan
mengirim konfirmasi ke penasehat hukum perusahaan.
Hal-hal yang
diperiksa : tanggal kejadian, jumlah hutang, syarat hutang, bunga, jatuh tempo.
Substantif test
:
§ Periksa apakah dokumen dan subledger sesuai atau tidak
§ Periksa jurnal pada tanggal bersangkutan
§ Periksa bukti penerimaan kas
§ Lihat ke mutasi buku besar
§ Cek pembayaran bunga
6. Untuk meyakini bahwa hutang dalam mata uang asing telah dikonveksikan
dengan kurs BI.
Periksa apakah
saldo hutang dalam mata uang asing per tanggal neraca telah dikonveksikan ke
dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengan BI. Selisih kurs dibebankan pada
rugi laba tahun berjalan.
7. Untuk meyakini bahwa semua persyaratan dalam akad kredit sudah dipenuhi
untuk menghindarkan bank default (right and obligation).
Periksa
penjanjian dan persyaratan yang harus dipatuhi oleh nasabah, seperti
penggantian manager kunci, pengendalian current ratio, dan ketepatan waktu
pembayaran hutang.
Bank default
(ketetapan persyaratan-persyaratan untuk nasabah) antara lain :
§ Perusahaan nasabah tidak boleh mengganti manajer kunci tanpa seijin bank
§ Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu
§ Tidak diperkenankan terlambat membayar bunga
Jika terdapat
pelanggaran terhadap ketiga syarat tersebut maka dalam audit harus di
disclousure untuk masalah hutang di catatan laporan keuangan.
8. Untuk memeriksa apakah penyajian current liabilities dalam neraca dan
catatan laporan keuangan telah sesuai dengan SAK.
Periksa apakah
penyajian hutang jangka pendek di neraca dan catatan laporan keuangan telah
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
C.
Tujuan Pengujian Substantif terhadap Hutang usaha
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan hutang usaha.
2. Membuktikan keberadaan hutang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan hutang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo hutang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang usaha di neraca
Hutang usaha
biasanya timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku
cadang, dan bahan habis pakai pabrik. Hutang usaha dapat digolongkan menjadi 2
yaitu hutang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis
tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (account payable) dan hutang yang
disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (notes payable).
Hutang usaha
biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan merupakan factor
yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan. Hutang
usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya
sangat rentan terhadap salah saji. Audit atas hutang lebih ditekankan pada
asersi kelengkapan karena jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang
maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi
keuangan yang lebih menguntungkan.
D.
Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian
Hutang usaha
dipengaruhi oleh transaksi pembelian maupun transaksi pengeluaran kas. Jadi
risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko
inheren, risiko prosedur analitis dan factor-faktor risiko pengendalian yang
berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut.
E.
Perancangan Pengujian Substantif
1. Prosedur awal
Pengujian audit
dinilai dengan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industry klien.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantive atas hutang usaha adalah
menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya dan menggunakan perangkat
lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat
setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah
yang terhutang pada tanggal neraca.
2. Prosedur analitis
Tujuan auditor
menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan ekspektasi atas saldo akun
hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan akun-akun kunci lainnya seperti
pembelian atau persediaan. Suatu penurunan yang abnormal atas rasio perputaran
hutang usaha atau kenaikan yang tidak diharapkan atas rasio lancar dapat
menjadi indicator bahwa kewajiban telah ditetapkan terlalu rendah. Prosedur
analitis akan dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti
yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah konsisten dengan gambaran
menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
1. Pengujian rincian transaksi
1. Menelusuri hutang yang dicatat ke dokumentasi pendukung. Dalam pengujian
ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi
pendukung dalam file klien seperti voucher, faktur penjualan, laporan
penerimaan dan pesanan pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen
transaksi pengeluaran kas seperti buku pengeluaran cek atau memo dari penjual
menyangkut retur pembelian dan pengurangan harga.
2. Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian. Pengujian pisah batas
pembelian mencakup penentuan bahwa transaki pembelian yang terjadi mendekati
tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini dapat dilakukan
dengan menelusuri tanggal-tanggal laporan penerimaan ke ayat jurnal register
voucher dan memvouching ayat jurnal yang dicatat ke dokumentasi pendukungnya.
Pengujian ini biasanya mencakup periode antara 5-10 hari bisnis sebelum dan
sesudah tanggal neraca. Dalam memeriksa dokumentasi harus diberikan
pertimbangan khusus atas barang yang masih dalam perjalanan per tanggal neraca.
3. Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas. Bukti tentang pengujian
pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh melalui observasi langsung dan
review atas dokumentasi internal. Pisah batas yang tepat atas transaksi
pengeluaran kas pada akhir tahun adalah sangat penting untuk penyajian kas dan
hutang usaha yang benar pada tanggal neraca.
4. Melakukan pencarian hutang yang belum tercatat. Pencarian hutang usaha yang
belum tercatat terdiri dari prosedur-prosedur yang dirancang secara khusus
untuk mendeteksi kewajiaban signifikan yang belum dicatat pada tanggal neraca.
5. Pengujian rincian saldo.
1. Konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat opsional karena konfirmasi
ini tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat ditemukan
dan bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia
untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan apabila
risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual dengan saldo yang relative
besar atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.
Konfirmasi juga harus dikirimkan kepada pemasok utama yang telah digunakan pada
tahun sebelumnya tetapi tidak dalam tahun berjalan dan tidak mengirimkan
laporan bulanan.
2. Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan pemasok. Para
pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang biasa dijumpai dalam file
klien. Jumlah yang terhutang pada pemasok menurut daftar hutang klien dapat
direkonsiliasi dalan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur ini
kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan kepada klien
dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu laporan ini mungkin tidak
tersedia dari pemasok tertentu.
Pembandingan
penyajian laporan dengan GAAP. Hutang usaha harus diidentifikasi dan
diklasifikasikan secara tepat sebagai kewajiban lancer. Jika saldo hutang usaha
mencakup pembayaran di muka yang material kepada beberapa pemasok untuk
pengiriman barang dan jasa di masa depan maka jumlah semacam itu harus di
reklasifikasi sebagai uang muka kepada pemasok dan dicatat sebagai aktiva.
Pengungkapan juga perlu dilakukan atas penjaminan dan hutang pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, komitmen pembelian serta kewajiban kontinjen.
INTERNAL CONTROL
A.
Internal Control Hutang Dagang
Internal
Control yang baik untuk Hutang Dagang adalah :
2. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian. Bagian penerimaan barang,
bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan.
3. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered),
untuk permintaan pembelian , order pembelian, dan laporan penerimaan barang.
4. Adanya system otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan hutang.
5. Digunakannya system tender untuk pembelian dalam jumlah yangbesar, dimana
beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis dalam amplop
tertutup ke panitia tender.
6. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk hutang dagang, dan setiap
akhir bulan jumlah saldo hutang dagang menurut buku tambahan harus dibandingkan
dengan saldo hutang dagang menurut general ledger yang merupakan perkiraan
pengendali.
7. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (fakturin voice)
harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report dan
purchase order, untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli melebihi
jumlah barang yang dipesan dan yang diterima.
8. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas untuk
menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk proses pembayaran kedua
kalinya
B.
Prosedur Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek
Prosedur
Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek adalah :
9. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek.
10. Minta rincian dari kewajiban jangka pendek, baik hutang dagang maupun
kewajiban lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan
saldonya dengan saldo hutang di buku besar.
11. Untuk hutang dagang cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo
menurut subsidiary ledger hutang dagan.
12. Secara test basis , periksa bukti pendukung dari saldo kepada beberapa
supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition,
purchase order, reseving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan
mathematis dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan
yang berwenang.
13. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo hutang menurut statement of account
tersebut dengan saldo subsidiary ledger hutang.
14. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang
saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
15. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment) untuk
mengetahui apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorder liabilities) per
tanggal neraca dan untuk menyakinkan diri mengenai kewajaran saldo hutang per
tanggal neraca.
16. Seandainya ada hutang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja,
kredit investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank,
periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan excepent dari perjanjian kredit
tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank
tersebut.
17. Seandainya ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari
perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan
datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa
apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
18. Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai
dengan standar akuntansi sewa guna, dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat sebagi hutang jangka pendek.
19. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara
akurat dan tiap jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada
laporan rugi laba. Perhatikan juga aspek pajaknya.
20.Seandainya ada saldo debit dari hutang dagang maka harus ditelusuri apakah
ini merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalain barang yang
dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar harus
direklasifikasikan sebagai piutang.
21. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa bukti
pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan diperiode berikutnya
misalnya dengan megirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.
22.Seandainya ada kredit jangka panjang , harus diperiksa apakah bagian yang
jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasikan sebagai hutang
jangka pendek.
23.Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo
tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs
yang terjadi dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
24.Untuk hutang PPh 21 dan PPN periksa apakah hutang tersebut sudah dilunasi
pada periode berikiutnya. Seharusnya hutang PPh 21 dan PPN per 31 Desember
dilunasi dibulan Januari tahun berikutnya. Sedangakan untuk PPh Badan harus
diperiksa apakah pada waktu mengisi dan memasukan SPT PPh Badan, perusahaan
telah membayarPPh 29
25.Periksa dasar perhitungan accrued expense yang dibuat oleh perusahaan,
apakah reasonable dan konsisten dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu
harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
26.Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian
yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua
kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat
per tanggal neraca.
27.Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
28.Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di neraca dan catatan atas
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK)
Sumber : valnafitie
Menghitung Akuntansi Pajak Penjualan (PPn)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas barang kena pajak dan jasa
kena pajak. Tarifnya berpariasi sesuai dengan obyek pajak. PPN dapat
berupa PPn (Pajak Penjualan) dan PPNBM (Pajak Pertambahan Nilai Barang
Mewah).
Pada kesempatan ini, penulis hanya membahas tentang akuntansi tentang
pajak penjualan yang dikenakan kepada barang kena pajak. Besarnya tarif
PPn adalah 10% dari nilai obyek pajak.
Rekening yang diperlukan untuk mencatat transaksi pembelian dan penjualan barang kena pajak adalah:
Bambu
Universitas
Negeri Malang (UM) menemukan metode pemasangan bambu untuk campuran beton.
Produk itu bernama Angker Bambu. Peggunaan angker ini bisa menguatkan beton dan
sambungannya hingga dua kali lipat.
Dr Ir Baiq Sri
Umniati MT adalah sosok di balik inovasi ini. Jebolan doktor dari Universitas Brawijaya ini
tengah mengamati hasil penelitian angker bambunya yang sudah dimulai sejak
2013. Hasil penelitian itu tersimpan dalam laptopnya.
Standar akuntansi
STANDAR
AKUNTANSI
- Pengertian
merupakan
pedoman penyusunan laporan keuangan
- Cakupan
1.
Kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan
2.
Pernyataan standar akuntansi (PSAK)
STANDAR AKUNTANSI
Mengapa standar akuntansi diperlukan?
Laporan Keuangan memenuhi kebutuhan berbagai pengguna dengan kebutuhan berbeda
Laporan Keuangan memenuhi kebutuhan berbagai pengguna dengan kebutuhan berbeda
Standar akuntansi menyamakan
persepsi penyusun laporan keuangan dengan pengguna
Terdapat keseragaman penyajian
laporan keuangan (konsep dasar, cara dan asumsi)
KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI
Menurut FASB (1978):
….suatu sistem yang koheren tentang tujuan dan konsep dasar yang saling
berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten
dan memberi pedoman tentang jenis, fungsi, dan keterbatasan akuntansi keuangan
dan pelaporan keuangan
Level 1: Tujuan Pelaporan Keuangan
Cara Menghitung dan Menjurnal PPN dan PPh 22 Impor
Dahulu hanya perusahaan berstatus importir besar saja yang
dibikin sibuk oleh urusan administrasi impor, termasuk menjurnal PPN dan
PPh Impor (pasal 22) tentunya.
Seiring perkembangan ekonomi dan terjangan arus ‘perdangan-global’ yang kian deras—terutama sekali perdagangan elektronik (komputer dan gadget), saat ini bahkan counter HP yang badan usahanya masih peroranganpun sudah biasa mengimpor barang, meskipun mungkin kebanyakan via Singapore.
Patut diapresiasi tinggi, teman-teman yang yang bergerak di ruang terbatas (usaha kecil dan modal kecil) memiliki kesadaran yang begitu tinggi untuk melaksanakan kewajiban pajak mereka.
Sudah pasti mereka, para importir kecil, bukan hanya terbatas dalam hal skala usaha dan modal,
Seiring perkembangan ekonomi dan terjangan arus ‘perdangan-global’ yang kian deras—terutama sekali perdagangan elektronik (komputer dan gadget), saat ini bahkan counter HP yang badan usahanya masih peroranganpun sudah biasa mengimpor barang, meskipun mungkin kebanyakan via Singapore.
Patut diapresiasi tinggi, teman-teman yang yang bergerak di ruang terbatas (usaha kecil dan modal kecil) memiliki kesadaran yang begitu tinggi untuk melaksanakan kewajiban pajak mereka.
Sudah pasti mereka, para importir kecil, bukan hanya terbatas dalam hal skala usaha dan modal,
masa lalu
untukmu yang
disana dengarkan lah laguku dalam kesunyiaan malam ku ingin bernyanyi , dari
lubuk hatiku ku yakin kau cinta suci ku . rasa rindu di hatiku hanyalah untukmu
, aku tau kau tak sendiri lagi padahal kekasihmu menemanimu !! mungkin ku hanya mampu ucapkan selamat
tinggal sayangku selamat tinggal kenangan selamat jalan masa laluku karena ku
sayang padamu
ku pikir semua wanita berbeda ternyata kesetiaannya sama saja
seperti yang ku alami ditinggal
Awal kuliah
Niat
bertanya baik kepada teman malah salah orang ( bukan modus nih, tapi emang
nyata ) masih ingat pertama sms ? itulah pertama kali aku berani ngobrol sama
kamu, setelah beberapa bulan tanpa ada sepatah kata atau sekedar saling sapa
basa – basi, walaupun awalnya aku gak niat hubungi kamu juga sih, tapi semenjak
itu ada hal yang tersembunyi yang gak pernah aku ngerti sampai sekarang. Sampai
aku tahu alamat e-mailmu yang kamu kasih pas mau ngopi tugasku , Nah
Audit atas hutang jangka pendek
A. Pengertian Hutang Jangka
Pendek
Pengertian Kewajiban Jangka Pendek adalah
kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo atau harus dilunasi
dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam siklus operasi
normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan harta lancar (current assets)
perusahaan.
Termasuk current liabilities diantaranya :
– Hutang
dagang/account payable : Yaitu kewajiban kepada pihak ketiga dari
pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang
atau sama dengan satu tahun.
– Pinjaman
bank jangka pendek/short term loan : Yaitu pinjaman yang diperoleh dari
bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam
bentuk kredit modal kerja (working capital loan) ataupun kredit rekening koran
(overdraft facility).
– Hutang
pajak/tax payable : Yaitu kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi
dalam periode berikutnya, misal hutang PPH 21, PPH 25, PPN.
– Biaya yang
masih harus dibayar : Yaitu biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban periode
yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
audit :
1.
Kecendrungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya.
Hal ini bertujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari yang sebenarnya.
Auditor harus melakukan searching of unreposting liabilities, yakni
dengan cara memeriksa pembayaran setelah tanggal neraca.
2.
Perbedaan account payable dan accrual expense. Account payable memiliki
angka pasti, karena dicatat berdasarkan invoice, sedangkan accrual expense
dicatat berdasarkan estimasi.
B. Tujuan Audit
Hutang Jangka Pendek
Ada beberapa tujuan audit current liabilities
yang perlu diperhatikan, diantaranya :
1.
Untuk meyakini bahwa pengendalian intern current liabilities memadai.
Pelajari dan evaluasi internal control atas
hutang jangka pendek. Dengan internal control yang memadai auditor dapat
mempertimbangkan mengurangi substantif tes atau mengurangi scope.
2.
Untuk meyakini bahwa current liabilities didukung bukti yang lengkap dan
berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi.
Minta rincian hutang jangka pendek, periksa
kebenaran penjumlahan, cocokkan dengan saldo general ledger. Rincian disiapkan
oleh klien, dan auditor melakukan pengujian terhadap rincian, apabila terdapat
kesalahan dibuat koreksi audit dan dikomunikasikan dengan klien.
3.
Untuk meyakini bahwa semua transaksi telah tercatat per tanggal neraca.
Cocokkan saldo masing-masing debitur dengan
saldo pada subsidoary ledger.
4.
Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak)
Periksa dasar perhitungan accrual expense yang
dibuat perusahaan, apakah konsisten dan reasonable dengan tahun sebelumnya.
Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
5.
Untuk meyakini bahwa pencatatan transaksi telah sesuai dengan SAK.
Periksa apakah pencatatan transaksi current liabilities sudah sesuai dengan
SAK. Dalam hal ini auditor harus meyakinkan bahwa tidak terdapat
unrecorded liabilities. Untuk itu auditor harus memeriksa notulen rapat direksi
dan pemegang saham, dan mengirim konfirmasi ke penasehat hukum perusahaan.
Hal-hal yang diperiksa : tanggal kejadian,
jumlah hutang, syarat hutang, bunga, jatuh tempo.
Substantif test :
§ Periksa
apakah dokumen dan subledger sesuai atau tidak
§ Periksa
jurnal pada tanggal bersangkutan
§ Periksa
bukti penerimaan kas
§ Lihat
ke mutasi buku besar
§ Cek
pembayaran bunga
6.
Untuk meyakini bahwa hutang dalam mata uang asing telah dikonveksikan
dengan kurs BI.
Periksa apakah saldo hutang dalam mata uang
asing per tanggal neraca telah dikonveksikan ke dalam rupiah dengan menggunakan
kurs tengan BI. Selisih kurs dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
7.
Untuk meyakini bahwa semua persyaratan dalam akad kredit sudah dipenuhi
untuk menghindarkan bank default (right and obligation).
Periksa penjanjian dan persyaratan yang harus
dipatuhi oleh nasabah, seperti penggantian manager kunci, pengendalian current
ratio, dan ketepatan waktu pembayaran hutang.
Bank default (ketetapan persyaratan-persyaratan
untuk nasabah) antara lain :
§ Perusahaan
nasabah tidak boleh mengganti manajer kunci tanpa seijin bank
§ Current
ratio harus dijaga pada tingkat tertentu
§ Tidak
diperkenankan terlambat membayar bunga
Jika terdapat pelanggaran terhadap ketiga syarat
tersebut maka dalam audit harus di disclousure untuk masalah hutang di catatan
laporan keuangan.
8.
Untuk memeriksa apakah penyajian current liabilities dalam neraca dan catatan
laporan keuangan telah sesuai dengan SAK.
Periksa apakah penyajian hutang jangka pendek di
neraca dan catatan laporan keuangan telah sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan.
C. Tujuan Pengujian
Substantif terhadap Hutang usaha
1.
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan hutang usaha.
2.
Membuktikan keberadaan hutang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan hutang usaha yang dicantumkan di neraca.
3.
Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi
dan kelengkapan saldo hutang usaha yang disajikan di neraca.
4.
Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5.
Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang usaha di neraca
Hutang usaha biasanya timbul dari transaksi
pembelian bahan baku dan bahan penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai
pabrik. Hutang usaha dapat digolongkan menjadi 2 yaitu hutang yang tidak
disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (account payable) dan hutang yang disertai dengan surat
berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban
(notes payable).
Hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar
terbesar dalam neraca dan merupakan factor yang signifikan dalam mengevaluasi
solvensi jangka pendek perusahaan. Hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh
volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji.
Audit atas hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan karena jika
manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang maka ia cenderung menetapkan
hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih
menguntungkan.
D. Penentuan Risiko Deteksi
untuk Pengujian Rincian
Hutang usaha dipengaruhi oleh transaksi
pembelian maupun transaksi pengeluaran kas. Jadi risiko pengujian rincian untuk
asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis
dan factor-faktor risiko pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok
transaksi tersebut.
E. Perancangan
Pengujian Substantif
1.
Prosedur awal
Pengujian audit dinilai dengan mendapatkan
pemahaman tentang bisnis dan industry klien. Prosedur awal lainnya untuk
pengujian substantive atas hutang usaha adalah menelusuri saldo awal kertas
kerja tahun sebelumnya dan menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi
dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak
biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang terhutang pada tanggal
neraca.
2.
Prosedur analitis
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah
untuk mengembangkan ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara
hutang usaha dengan akun-akun kunci lainnya seperti pembelian atau persediaan.
Suatu penurunan yang abnormal atas rasio perputaran hutang usaha atau kenaikan
yang tidak diharapkan atas rasio lancar dapat menjadi indicator bahwa kewajiban
telah ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap
akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian
rincian telah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam
laporan keuangan.
1.
Pengujian rincian transaksi
1.
Menelusuri hutang yang dicatat ke dokumentasi pendukung. Dalam pengujian
ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi
pendukung dalam file klien seperti voucher, faktur penjualan, laporan
penerimaan dan pesanan pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen
transaksi pengeluaran kas seperti buku pengeluaran cek atau memo dari penjual
menyangkut retur pembelian dan pengurangan harga.
2.
Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian. Pengujian pisah batas
pembelian mencakup penentuan bahwa transaki pembelian yang terjadi mendekati
tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini dapat dilakukan
dengan menelusuri tanggal-tanggal laporan penerimaan ke ayat jurnal register
voucher dan memvouching ayat jurnal yang dicatat ke dokumentasi pendukungnya.
Pengujian ini biasanya mencakup periode antara 5-10 hari bisnis sebelum dan
sesudah tanggal neraca. Dalam memeriksa dokumentasi harus diberikan
pertimbangan khusus atas barang yang masih dalam perjalanan per tanggal neraca.
3.
Melaksanakan pengujian pisah batas pengeluaran kas. Bukti tentang
pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh melalui observasi
langsung dan review atas dokumentasi internal. Pisah batas yang tepat atas
transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah sangat penting untuk
penyajian kas dan hutang usaha yang benar pada tanggal neraca.
4.
Melakukan pencarian hutang yang belum tercatat. Pencarian hutang usaha
yang belum tercatat terdiri dari prosedur-prosedur yang dirancang secara khusus
untuk mendeteksi kewajiaban signifikan yang belum dicatat pada tanggal neraca.
5.
Pengujian rincian saldo.
1.
Konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat opsional karena
konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat
ditemukan dan bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus
tersedia untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan
apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual dengan saldo yang
relative besar atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.
Konfirmasi juga harus dikirimkan kepada pemasok utama yang telah digunakan pada
tahun sebelumnya tetapi tidak dalam tahun berjalan dan tidak mengirimkan
laporan bulanan.
2.
Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan pemasok.
Para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang biasa dijumpai dalam
file klien. Jumlah yang terhutang pada pemasok menurut daftar hutang klien
dapat direkonsiliasi dalan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur
ini kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan kepada
klien dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu laporan ini mungkin tidak
tersedia dari pemasok tertentu.
Pembandingan penyajian laporan dengan GAAP.
Hutang usaha harus diidentifikasi dan diklasifikasikan secara tepat sebagai
kewajiban lancer. Jika saldo hutang usaha mencakup pembayaran di muka yang
material kepada beberapa pemasok untuk pengiriman barang dan jasa di masa depan
maka jumlah semacam itu harus di reklasifikasi sebagai uang muka kepada pemasok
dan dicatat sebagai aktiva. Pengungkapan juga perlu dilakukan atas penjaminan
dan hutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa, komitmen pembelian serta
kewajiban kontinjen.
INTERNAL CONTROL
A. Internal Control Hutang
Dagang
Internal Control yang baik untuk Hutang Dagang
adalah :
2.
Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian. Bagian penerimaan
barang, bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan.
3.
Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak
(prenumbered), untuk permintaan pembelian , order pembelian, dan laporan
penerimaan barang.
4.
Adanya system otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan hutang.
5.
Digunakannya system tender untuk pembelian dalam jumlah yangbesar,
dimana beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis dalam
amplop tertutup ke panitia tender.
6.
Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk hutang dagang, dan
setiap akhir bulan jumlah saldo hutang dagang menurut buku tambahan harus
dibandingkan dengan saldo hutang dagang menurut general ledger yang merupakan
perkiraan pengendali.
7.
Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (fakturin voice)
harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report dan
purchase order, untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli melebihi
jumlah barang yang dipesan dan yang diterima.
8.
Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas untuk
menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk proses pembayaran kedua
kalinya
B. Prosedur
Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek
Prosedur Pemeriksaan kewajiban Jangka Pendek
adalah :
9.
Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek.
10. Minta
rincian dari kewajiban jangka pendek, baik hutang dagang maupun kewajiban
lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya
dengan saldo hutang di buku besar.
11. Untuk
hutang dagang cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut
subsidiary ledger hutang dagan.
12. Secara
test basis , periksa bukti pendukung dari saldo kepada beberapa supplier,
perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition, purchase order,
reseving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematis dari
dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
13. Seandainya
terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus dilakukan
rekonsiliasi antara saldo hutang menurut statement of account tersebut dengan
saldo subsidiary ledger hutang.
14. Pertimbangkan
untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang saldonya besar
maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
15. Periksa
pembayaran sesudah tanggal neraaca (subsequent payment) untuk mengetahui apakah
ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorder liabilities) per tanggal neraca dan
untuk menyakinkan diri mengenai kewajaran saldo hutang per tanggal neraca.
16. Seandainya
ada hutang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi,
maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat
perjanjian kreditnya dan buatkan excepent dari perjanjian kredit tersebut, dan
periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank tersebut.
17. Seandainya
ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan afiliasi,
yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim
konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan
bunga atas pinjaman tersebut.
18. Seandainya
ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan standar
akuntansi sewa guna, dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
yang akan datang sudah dicatat sebagi hutang jangka pendek.
19. Periksa
perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat dan tiap
jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada laporan rugi
laba. Perhatikan juga aspek pajaknya.
20.Seandainya ada saldo debit dari hutang dagang
maka harus ditelusuri apakah ini merupakan uang muka pembelian atau karena
adanya pengembalain barang yang dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau
jumlahnya besar harus direklasifikasikan sebagai piutang.
21. Seandainya
ada uang muka penjualan per tanggal neraca, periksa bukti pendukungnya dan
periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan diperiode berikutnya misalnya
dengan megirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.
22.Seandainya ada kredit jangka panjang , harus
diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah
direklasifikasikan sebagai hutang jangka pendek.
23.Seandainya ada kewajiban dalam mata uang
asing, periksa apakah saldo tersebut per tanggal neraca telah dikonversikan
kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal
neraca, dan selisih kurs yang terjadi dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
24.Untuk hutang PPh 21 dan PPN periksa apakah
hutang tersebut sudah dilunasi pada periode berikiutnya. Seharusnya hutang PPh
21 dan PPN per 31 Desember dilunasi dibulan Januari tahun berikutnya.
Sedangakan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan memasukan
SPT PPh Badan, perusahaan telah membayarPPh 29
25.Periksa dasar perhitungan accrued expense
yang dibuat oleh perusahaan, apakah reasonable dan konsisten dasar perhitungan
tahun sebelumnya. Selain itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
26.Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham
dan perjanjian-perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk
mengetahui apakah semua kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian
tersebut sudah dicatat per tanggal neraca.
27.Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum
perusahaan.
28.Periksa apakah penyajian kewajiban jangka
pendek di neraca dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (SAK)
Sumber : valnafitie